Senin, 31 Desember 2012

KERANGKA TEORI TERJADINYA PENYAKIT HIPERTENSI AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK


TUGAS PENILAIAN STATUS GIZI
KERANGKA TEORI TERJADINYA PENYAKIT HIPERTENSI AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK

Nama: Mutiara Afriyuni
Nim   : K21111105



MATA KULIAH PENILAIAN STATUS GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

KERANGKA TEORI TERJADINYA PENYAKIT HIPERTENSI AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK




       Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah.
    Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi penderita. Hipertensi juga merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner dan gannguan pembuluh darah otak (stroke). Bila tekanan darah semakin tinggi maka harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 1996). Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya ˃140/90 mmHg.
       Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang mempengaruhi tekanan darah karena pembluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Menghisap rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding pembuluh darah dapat robek. Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah. Nikotin mengaktifkan trombosit bdengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Bahan kimia ini tentu sangat berbahaya karena dapat mempermudah penggumpalan darah sehingga merusak pembuluh darah perifer.
       Rokok mempunyai pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut (Smith, Tom, 1986). Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman Soeharto (2001) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien. Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok, maka dalam tempe setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokokyang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat titik racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997).
       WHO pada tahun 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari. Karena telah ditunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia, berhubungan dengan jumlah garam yang dikonsumsi. Bagi mereka yang konsumsi garamnya tinggi akan mengalami peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia, tetapi bagi yang konsumsi garamnya rendah hanya hanya mengalami sedikit pertambahan tekanan darah seiring bertambahnya usia. Natrium dalam jumlah yang berlebihan dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik( Lanny, Sustrani, 2004).
       Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olah raga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Arjatmo T, dan Hendra U, 2001). Menurut Cortas.K, prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon ekstrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan menurut Julianty P (2001) didapatkan responden wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan pria. 


DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin".