TUGAS PENILAIAN STATUS GIZI
KERANGKA TEORI TERJADINYA PENYAKIT
HIPERTENSI AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK
Nama: Mutiara Afriyuni
Nim : K21111105
MATA KULIAH
PENILAIAN STATUS GIZI
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KERANGKA TEORI TERJADINYA PENYAKIT HIPERTENSI AKIBAT KEBIASAAN MEROKOK
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah meningkat melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal
bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya
hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah
tepi dan peningkatan volume aliran darah.
Hipertensi sering kali disebut sebagai
pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejalanya terlebih dahulu sebagai peringatan bagi penderita. Hipertensi
juga merupakan faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung koroner dan
gannguan pembuluh darah otak (stroke). Bila tekanan darah semakin tinggi maka
harapan hidup semakin turun (Wardoyo, 1996). Menurut WHO batas normal tekanan
darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik.
Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya ˃140/90 mmHg.
Merokok
merupakan salah satu kebiasaan hidup yang mempengaruhi tekanan darah karena
pembluh darah di beberapa bagian tubuh akan mengalami penyempitan, dalam
keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke
alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap, sehingga jantung harus memompa darah
lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Menghisap rokok akan
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali
per menit. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya
beracun, antara lain Karbon Monoksida (CO) yang dihasilkan oleh asap rokok dan
dapat menyebabkan pembuluh darah kramp, sehingga tekanan darah naik, dinding
pembuluh darah dapat robek. Nikotin juga merangsang peningkatan tekanan darah.
Nikotin mengaktifkan trombosit bdengan akibat timbulnya adhesi trombosit
(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Bahan kimia ini tentu sangat
berbahaya karena dapat mempermudah penggumpalan darah sehingga merusak pembuluh
darah perifer.
Rokok mempunyai pengaruh langsung yang
membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam
keadaan tegang karena darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan
tersebut (Smith, Tom, 1986). Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan
arteri menyempit dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Menurut Iman Soeharto
(2001) keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja
secara efisien. Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap
rokok, maka dalam tempe setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus)
per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam
rokokyang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat
titik racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala
yang ditimbulkan (Mangku Sitepoe, 1997).
WHO pada tahun 1990 menganjurkan
pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari. Karena telah ditunjukkan
bahwa peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia, berhubungan dengan
jumlah garam yang dikonsumsi. Bagi mereka yang konsumsi garamnya tinggi akan
mengalami peningkatan tekanan darah seiring bertambahnya usia, tetapi bagi yang
konsumsi garamnya rendah hanya hanya mengalami sedikit pertambahan tekanan
darah seiring bertambahnya usia. Natrium dalam jumlah yang berlebihan dapat
menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus
bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik( Lanny,
Sustrani, 2004).
Olah raga lebih banyak dihubungkan
dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tekanan darah. Kurangnya melakukan olah raga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan
timbulnya hipertensi (Arjatmo T, dan Hendra U, 2001). Menurut Cortas.K,
prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon ekstrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan menurut
Julianty P (2001) didapatkan responden wanita mempunyai risiko 1,53 kali
terkena hipertensi dibandingkan dengan pria.